Diberdayakan oleh Blogger.

Sekolah lapang Tanaman Jeruk

Untuk mengatasi laju serangan OPT pada tanaman jeruk khususnya di kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, maka dilaksanakan sekolah lapang tanaman jeruk. Sekolah lapang ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan tentang OPT tanaman jeruk dan diharapkan dari sekolah lapang ini dalam melakukan pengendalian OPT sejak awal yakni pratanam hingga tanaman dewasa menerapkan pengendalian hama terpadu (PHT)

APA ITU AGENS HAYATI..?




Dalam rangka pengendalian OPT yang ramah lingkungan maka untuk memasyarakatkan tehnik-cara ini dilaksanakan sekolah lapang agens hayati. Tujuannya agar peserta memahami, mengerti dan bisa melaksanakan pengendalian yang berasal dari pestisida nabati dan agenshayati
Pengertian agens hayati parasitoid pupa yang sangat umum dan mudah ditemukan di lapangan. Parasitoid ini merupakan parasitoid generalis sehingga dapat memarasit pupa berbagai spesies serangga. salah satu adalah Brachymeria spp. merupakan endoparasitoid yang bersifat gregarius bila ukuran inangnya besar, tetapi soliter bila ukuran inangnya kecil. Imago parasitoid meletakkan telur dalam prapupa atau pupa yang baru terbentuk. Pupa inang yang terparasit akan mati dalm satu atau dua hari, dan kemudian mengeras dan kaku ketika parasitoid di dalamnya telah berubah menjadi pupa. Perkembangan rachymeria memerlukan waktu kurang-lebih 10hari.
Meskipun pembiakan secara besar-besaran belum pernah dilakukan, pelepasan jenis ini ke lapangan dalam jumlah yang cukup secara periodik mungkin dapat dicoba. Pelepasan ke lapangan tidak akan mengendalikan serangan hama yang terjadi pada saat itu, tetapi akan dapat mempercepat penurunan populasi hama pada generasi berikutnya.Serangga jenis ini relatif mudah dipelihara dan dikembangbiakkan. Imagonya memiliki lama hidup yang cukup panjang sehingga dapat bertahan hidup bila tidak tersedia inang (pupa) yang sesuai. Pupa yang telah diparasit tidak memerlukan pemeliharaan khusus sehingga tidak menyita banyak tenaga. Parasitoid yang diperoleh mungkin tidak perlu dilepaskan secara inundatif dalam jumlah yang sangat besar, tetapi cukup dengan pelepasan parasitoid secara periodik dengan jumlah yang ada untuk menambah populasi parasitoid di lapangan. syarat penembangan 1) penyediaan/pembiakan inang; 2) pembiakan parasitoid; 3) pelepasan parasitoid; dan 4) evaluasi.
Entomophaga adalah istilah yang umum diberikan kepada kelompok serangga, baik predator maupun parasitoid, yang menjadikan serangga lain sebagai makanannya. Untuk kelompok serangga yang pada umumnnya menjadikan kutu daun (aphid) sebagai inang atau mangsa, biasa disebut Aphidophaga. Sementara untuk pemakan kutu-kutuan lainnya, seperti Coccidae, Pseudococcidae, Diaspididae, biasa disebut Coccidophaga.
Famili dari Coleoptera yang paling umum dimanfaatkan dalam program pengendalian hayati, terutama untuk: Coccidae, Pseudococcidae, Diaspidae dan Aphididae
Indonesia dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. merupakan kekayaan yang luar biasa tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal bahkan beberapa fungsi dari kehadiran mereka semakin menurun seperti semakin menyusutnya luas hutan tropis. Di satu sisi tentunya hal ini semakin memprihatinkan kita semua namun di sisi lain kita harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan potensi kekayaan alam tersebut yang sangat luar biasa baik dalam hal pemeliharaan maupun upaya pencarian manfaat untuk kepentingan masyarakat. Salah satu potensi yang dapat dieksplorasi untuk mencari manfaat dari kekayaan tersebut adalah sebagai agens pengendalian serangga hama yang kita kenal dengan agens hayati.

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa tumbuhan merupakan sumber senyawa kimia yang jumlahnya sangat berlimpah dengan keaneragaman jenis senyawanya yang sangat bervariasi. Jika ditilik dari hal pemanfaatannya, sejak dulu kala tumbuhan telah dimafaatkan oleh masyarakat luas mulai sebagai bahan pangan, papan, sandang hingga sebagai bahan obat tradisional seperti obat cacingan, diare, kolera, obat batuk dan lain-lain, bahkan kebiasaan penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional masih berlangsung hingga sekarang baik penggunaan pada skala kecil (ramuan tradisional) maupun skala besar (industri jamu). Kemudian, berkaitan dengan pemanfaatan tumbuhan yang berhubungan dengan serangga, tumbuhan juga diketahui dapat memberikan pengaruh buruk bagi kehidupan serangga baik yang mempengaruhi aspek fisiologi (kematian, penghambatan pertumbuhan, ovisidal, dan lain-lain) maupun aspek tingkah laku serangga (penghambatan makan, penghambatan aktivitas peneluran, pengacauan perkawinan, dan lain-lain).

Peranan tumbuhan sebagai biopestida telah tercatat sejak ratusan tahun yang lalu seperti penggunaan cairan perasan daun tembakau untuk mengendalikan kutu-kutu tanaman.
Selain itu tumbuh-tumbuhan memegang peranan yang sangat penting baik peranannya sebagai biopestisida secara langsung maupun sebagai sumber model senyawa untuk pengembangan insektisida sintetik seperti insektisida golongan karbamat dan piretroid (diisolasi dari Chrysanthemum cinerariaefolium; Asteraceae).
Penggunaan tumbuhan sebagai biopestida langsung kurang mendapat perhatian karena kalah bersaing dengan insektisida sintetik yang bersifat lebih persisten, spektrum luas dan mempunyai daya toksisitas yang tinggi, sehingga selama beberapa puluh tahun insektisida organik sintetik mendominasi dalam penggunaan senyawa-senyawa kimia dalam perlindungan tanaman. Karena sifat-sifatnya pula dan karena pengaruh samping pada serangga terutama resistensi serangga akibat penggunaan yang kurang bijaksana menjadikan penggunaan insektisida sintetik mulai mendapatkan penilaian negatif dari masayarakat. Masyarakat menilai dan mengetahui bahwa insektisida sintetik dapat memberikan pengaruh yang sangat buruk tidak hanya kepada serangga, baik serangga berguna maupun serangga hama, juga kepada kesehatan manusia, mamalia, kualitas produk pertanian dan kesehatan lingkungan.
Hal ini telah mendorong kita semua untuk mencari alternatif-alternatif baru dalam pengendalian serangga hama tidak hanya untuk tanaman pangan, tetapi juga untuk jenis tanaman hortikultura yang hingga sekarang penggunaan insektisida sintetik masih tergolong tinggi.


CIRI-CIRI BIOLOGI PARASITOID DEWASA
Perilaku serangga parasitoid dewasa terutama yang betina penting untuk dipelajari, karena dewasa betina inilah yang mencari dan memilih serangga inangnya untuk tempat pertumbuhan dan perkembangan keturunannya. Selain itu, apabila parasitoid betina ini efisien, ia mampu mendapatkan inangnya walaupun dalam populasi inang yang rendah.











"Jujur itu menambah berkah,
Profesional Adalah ibadah,
Dan Taqwa itu indah"(syarie@blogmaker)

Jenis OPT yang sering menyerang tanaman sayuran di Jawa Barat

Komoditi tanaman sayuran yang sering terserang OPT diurutkan sebagai berikut:

Kubis (Brassica sp) yaitu : (1) Ulat daun (Plutella xylostella), (2) Ulat krop ( Crocidolomia binotalis), (3)akar gada (Plasmodiophora brassicae),

optjabar

Organisme Pengganggu Tanaman di jawa Barat saat ini memerlukan perhatian yang serius. Dinamika pembangunan tanaman pangan yang berkembang saat ini, dihadapkan pada berbagai tantangan seperti perubahan lingkungan strategis baik secara nasional maupun global, revitalisasi bidang pertanian, dan lain-lain. Sehubungan dengan
upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional, tugas dan tanggung jawab perlindungan tanaman pangan dalam rangka pengamanan produksi untuk pencapaian produksi tanaman pangan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan semakin berat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawalan yang lebih intensif, tepat, erintegrasi, dan berkesinambungan yang melibatkan seluruh pihak terkait guna meminimalkan kehilangan hash akibat gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI).Dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan dan peningkatan daya saing produk tanaman, perlindungan tanaman pangan merupakan bagian penting yang berperan dalam menjaga kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas hasil yang berkaitan erat dengan penanganan gangguan OPT dan DPI yang merupakan dua aspek kegiatan utama. Oleh karena itu, perlindungan tanaman pangan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan balk di tingkat on farm maupun off farm.Terhadap gangguan OPT, perlindungan. tanaman pangan berperan dalam mengelola OPT agar tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis, sedangkan terhadap DPI berfungsi mengantisipasi dan mitigasi penanganan terjadinya dampak perubahan iklim berupa kekeringan, banjir, dan bencana alam lainnya seperti longsor, badai, dan lainnya. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, don Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT, aperasional perlindungan tanaman pangan dilaksanakan sesuai dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan menjadi tanggung jawab masyarakat bersama pemerintah. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan nasional sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sasaran indikatif produksi fanaman pangan utama pada tahun 2010 sebagai berikut padi sebesar 66,680 juta ton GKG, jagung 19,800 juta ton pipilan kering dan kedelai sebesar 1,3x0 juta ton biji kering. Sehubungan dengan hal tersebut, tugas dan tanggungjawab perlindungan tanaman pangan dalam rangka pengaman¬an produksi untuk pencapaian produksi sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan semakin berat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawalan yang lebih intensif, tepat, dan berkesinambungan ke seluruh areal pertanaman yang ada guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan akibat gangguan OPT maupun DPI berupa banjir dan kekeringan

Pengertian

Opt jabar merupakan kependekan dari Organisme Pengganggu Tanaman di Jawa Barat di situs ini akan kami sajikan untuk anda seputar pengertian, keberadaan, cara-cara pengendalian, laporan singkat hasil pemantauan lapangan dan upaya solusi untuk mengendalikan OPT dengan baik dan Benar agar lingkungan tidak tercemari terutama dengan penggunaan pestisida.

Tentunya faktor manusia disini yang paling menentukan dalam mengelola OPT ini. Selamat datang kami blog kami semoga kehadiran anda dapat memberi saran guna perbaikan mutu sajian kami, Terima kasih

Pemantauan lapangan
Hasil kunjungan pemantauan lapangan menunjukan bahwa serangan OPT akhir ini yaitu hama tikus dikarenakan (1) Populasi migran dari lokasi banjir (2) Peningkatan terjadi saat ini karena dukungan iklim mikro yakni musim hujan dan (3) tersedianya makanan yang cukup serta (4) Adanya terpat persinggaham atau tempat persembunyiaan sementara sebelum masuk kedalam liang aktif, (5) Umur tanaman telah genertif, ( 6) Tersedianya semak belukar yang cukup strategis untuk persembunyian tikus

Solusi yang dapat dilakukan


  • Melakukan gropyokan, disini unsur kebersamaan dakam gerakan oengendalian

  • Terobosan bangkai tikus untuk makanan ternak yakni untuk itik dan ternak lele

  • Kewaspadaan sejak dini dengan melihat gejala serangan tikus seawal mungkin